Teach Like Finland
![](https://alazharbantul.com/wp-content/uploads/2019/11/IMG_20191113_080335-01.jpeg)
Ia adalah Timothy D Walker, seorang berkebangsaan Amerika yang berprofesi sebagai seorang guru sekolah dasar di Boston. Pengalaman menjadi guru bagi seorang Walker sudah tidak diragukan lagi. Ia cukup lama berkutat dengan profesi guru. Walker sebenarnya sangat menikmati profesi tersebut, walau ada beberapa hal yang selalu ia keluhkan kepada istrinya. Terkadang hal itu membuat dia ingin resign dari pekerjaannya, hingga akhirnya takdir membawanya pindah ke Finlandia.
Ketika Timothy D. Walker mulai mengajar kelas 5 di sebuah sekolah negeri di Helsinski, ia mulai mencatat rahasia-rahasia dibalik kesuksesan sekolah-sekolah Finandia. Walker menuliskan rahasia-rahasia ini, dan artikel-artikelnya di Atlantic kerap menuai tanggapan antusias. Ia mengumpulkan semua temuan dan menjelaskan pada para pengajar cara untuk mengimplementasikannya.
Finlandia, negara yang digadang-gadang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia ini membuat Walker tertantang untuk kembali menggeluti profesi pengagar. Ia ditakdirkan kembali untuk menjadi salah seorang pengajar di sekolah dasar Finlandia. Di sinilah semua kisah itu dimulai. Ini juga menjadi cikal bakal buku ini lahir.
Pada awal ia meniti karier di Finlandia, Walker mengalami kekhawatiran dan banyak keterkejutan. Bagaimana tidak, ternyata sistem pendidikan dan pembelajaran yang ia dapatkan di Amerika sangat jauh berbeda dengan yang ia dapatkan di Finlandia. Bahkan banyak hal aneh yang ia temukan pada sistem pendidikan di Finlandia. Finlandia mengejutkan dunia ketika siswa-siswinya yang masih berusia 15 tahun berhasil mencatatkan stok tertinggi di penyelenggaraan pertama PISA (Programme for International Student Assessment), pada 2001.
Ujian itu meliputi penilaian keterampilan berpikir kritis di Matematika, Sains, dan membaca. Walker beranggapan, sebagai negara yang memiliki skor paling tinggi untuk PISA, pendidikan Finlandia akan lebih ketat, serius, disiplin, rumit, dan terstruktur. Namun, ia tidak menemukan itu. Walker merasa bahwa pendidikan di Finlandia jauh lebih santai, tidak terikat dengan berbagai aturan harus ini dan itu. Hingga kini, negara mungil ini terus-terusan memukau. Bagaimana pendidikan Finlandia yang jam pelajarannya pendek, PR-nya tidak banyak, dan ujiannya tidak begitu terstandarisasi, dapat ‘mencetak’ siswa-siswa dengan prestasi yang sangat baik?
Sebut saja jam istirahat yang sering. Di Finlandia siswa mendapatkan istirahat sekitar 15 menit setelah mengikuti 1 jam pelajaran. Guru-guru di Finlandia bukanlah guru yang berjibaku dengan tugas, penelitian atau permasalahan siswa. Bahkan ketika jam istirahat, para guru ini menghabiskan waktuya dengan mengobrol ringan di ruang guru. Ketika libur sekolah pun, guru-guru tidak lagi membahas masalah pekerjaan, mereka benar-benar menikmati liburannya.
Siswa di Finlandia tidak dibebani dengan banyak tugas dan PR. Mereka lebih diarahkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan, sehingga pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis proyek menjadi model pembelajaran yang sering digunakan. Siswa Finlandia juga terkesan mandiri. Tidak ada guru yang menyambut di gerbang sekolah, siswa pulang dan pergi sekolah sendiri bahkan berjalan kaki, siswa juga menyelesaikan masalah sendiri tanpa merepotkan orang lain. Selain itu, suasana pembelajaran di Finlandia sangat jauh dari nuansa kompetisi.
Siswa tidak diajarkan untuk saling berkompetisi dengan yang lain, tetapi mereka belajar untuk sama-sama pintar dan cerdas. Siswa juga tidak diharuskan menjadi yang terbaik, melainkan harus menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Masih banyak hal-hal menarik lainnya dari sistem pendidikan di Finlandia.
Buku ini adalah sebuah narasi ilmiah yang ditulis oleh Walker berdasarkan pengalamannya ketika menjadi guru di Finlandia an Amerika. Ada 33 strategi yang ditulis Walker dalam buku ini. Strategi yang dijabarkan Walker bukan bersifat teoritis, namun ia menceritakan dari pengalamannya. Sehingga kita sebagai pembaca harus jeli dalam menangkap makna yang disampaikan oleh Walker. Sebuah gaya tulisan yang cukup unik. Kalau di dalam pendidikan ini bisa dinamakan open ended, artinya pembaca diberi kebebasan menangkap makna yang diceritakan oleh Walker.
Menariknya Walker juga menyelipkan beberapa jurnal untuk mendukung kenapa strategi ini sangat layak untuk dipraktekkan.ada beberapa jurnal menarik yang Walker tambahkan. Misalnya saja Brigid Schulte yang melakukan penelitian bahwa pekerja yang enghabiskan waktu liburnya memiliki performa kerja yang lebih bagus daripada mereka yang tidak menggunakan waktu liburnya.